Tanjungpinang Gaet UTM untuk Konservasi Seni Bina Melayu

2 months ago 58
Konservasi Seni Bina MelayuWali Kota Lis Darmansyah bersama delegasi dari Pusat Kajian Alam Bina Dunia Melayu (KALAM), Universiti Teknologi Malaysia, Jumat (25/7/2025). Foto: Diskominfo Tanjungpinang

AlurNews.com – Pemerintah Kota Tanjungpinang menggandeng Universiti Teknologi Malaysia (UTM) untuk menjalin kerja sama strategis dalam bidang konservasi seni bina Melayu, khususnya arsitektur warisan budaya.

Kolaborasi ini dibahas dalam pertemuan resmi di Kantor Wali Kota Tanjungpinang, Jumat (25/7/2025), yang dihadiri langsung oleh Wali Kota Lis Darmansyah bersama delegasi dari Pusat Kajian Alam Bina Dunia Melayu (KALAM), UTM.

Langkah ini menjadi bagian dari upaya Pemerintah Kota Tanjungpinang dalam melestarikan kekayaan arsitektur dan identitas budaya Melayu yang menjadi ciri khas kota ini.

Rencana kerja sama tersebut akan dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman (MoU) yang meliputi dokumentasi, riset, pelatihan, hingga pengembangan konservasi arsitektural berkelanjutan.

Puan Ar. IDr. Ts. Dr. Noraslinda binti Abdul Rahman, Direktur KALAM UTM, menyampaikan bahwa lembaganya telah aktif sejak 1996 dalam mendokumentasikan dan meneliti seni bina Melayu melalui berbagai pendekatan multidisiplin, termasuk lukisan terukur bangunan bersejarah dan konservasi digital.

“Kami sangat tertarik dengan warisan budaya Tanjungpinang, terutama Pulau Penyengat yang sudah kami visualisasikan dalam bentuk maket kawasan,” kata Noraslinda, dikutip dari laman resmi Pemko Tanjungpinang.

Ia juga menyampaikan kekagumannya atas pelestarian identitas budaya Melayu yang masih kuat, terutama dalam pemakaian pakaian adat oleh pejabat Tanjungpinang, yang menurutnya merupakan bentuk konkret harmonisasi antara bentuk, fungsi, dan makna budaya.

Wali Kota Lis Darmansyah menyambut positif inisiatif tersebut. Ia menekankan bahwa Tanjungpinang merupakan simpul penting dalam jalur migrasi budaya dan perdagangan sejak abad ke-17, yang tercermin dari jejak akulturasi arsitektur Melayu, Timur Tengah, India, dan Eropa.

“Jejak arsitektur di kota ini bukan hanya warisan fisik, tapi juga cermin dari interaksi budaya lintas zaman yang membentuk identitas Tanjungpinang hingga kini,” ujar Lis.

Menurutnya, kerja sama dengan UTM membuka peluang penguatan pelestarian kawasan cagar budaya, seperti Pulau Penyengat dan kawasan Kampung Bugis, melalui pendekatan edukatif dan ilmiah. Pemko Tanjungpinang juga siap menjadikan kota ini sebagai laboratorium hidup bagi riset dan pengembangan seni bina Melayu.

“Kami berharap MoU ini bisa menjadi awal dari kolaborasi jangka panjang yang berdampak bagi pelestarian budaya sekaligus edukasi generasi muda,” kata dia. (red)

Read Entire Article
Alur Berita | Malang Hot | Zona Local | Kabar Kalimantan |