AlurNews.com – Tahun Baru Imlek merupakan salah satu perayaan penting bagi masyarakat Tionghoa yang dirayakan dengan penuh suka cita di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Tahun Baru Imlek 2025 atau Imlek 2576 Kongzili jatuh pada 29 Januari mendatang, menandai dimulainya Shio Ular Kayu.
Masyarakat Tionghoa dan Konghucu di seluruh dunia mempersiapkan diri menyambut momen spesial ini dengan berbagai tradisi, ritual, dan kebersamaan keluarga.
Salah satu Tokoh Tionghoa yang juga merupakan Wakil Ketua III DPRD Kota Batam, Hendra Asman, membagikan pengalamannya merayakan Imlek di antaranya makan bersama, sembahyang,
hingga pemberian angpao. Untuk perayaan Imlek ini ia sudah mulai membeli pernak pernik bermotif ular.
“Malam sebelum Imlek tanggal 28 Januari atau kami sebut Sa Cap Mei sebelum H-1 kami berkumpul bersama keluarga, terutama orang tua, untuk makan malam spesial. Hidangan seperti steamboat, ikan dingkis, tahu, dan daun bawang adalah menu wajib. Ikan menjadi simbol keberuntungan yang harus selalu ada,” ujarnya, Sabtu (17/1/2025).
Hendra menuturkan pentingnya tradisi berpakaian merah. Menurutnya warna merah melambangkan keberuntungan bersyukur.
“Malam itu sudah pakai baju merah, karena itu adalah bentuk bersyukur,” ujar Asman.
Sementara untuk sembahyang juga menjadi bagian tak terpisahkan dari Imlek. Metode ini bisa disesuaikan dengan waktu yang berbeda.
“Papa saya, yang beretnis Hokkian, biasanya sembahyang jam 12 malam di rumah, tepat saat pergantian hari. Namun, ada juga yang melakukannya keesokan harinya pas Imleknya,” jelasnya.
Untuk keesokan harinya pas di hari H, Asman beserta keluarga mengucapkan selamat Imlek kepada orang tua sekaligus tradisi memberikan angpao sebagai ucapan selamat dan bentuk terimakasih.
“Nah, besoknya pas hari H itu kami sebagai anak, kami yang pertama mengucapkan selamat ke orangtua saya. Dengan cara mengasih angpao dan kami bersujud di bawah kaki ibu dan bapak,” ucapnya.
“Persoalan isi tak ada, isi itu nomor 2. Tapi angpao itu adalah doa kepada orangtua kami. Sebaliknya orangtua juga kasih ke kami angpao,” tambahnya.
Sedangkan, tradisi pembagian angpao sudah sejak perayaan Imlek. Namun, ada juga sebagian yang tidak memberikan angpao.
“Ada dua kemungkinan jika ada yang tidak memberikan angpao, bisa jadi dia belum menikah atau dia dalam kondisi berduka,” terang politisi Partai Golkar itu.
Hendra turut berbagi fakta menarik tentang ikan Dingkis yang disajikan saat Imlek. Ada makna yang tersirat di dalamnya.
“Di keluarga kami, ikan yang disajikan pada Imlek sering kali memiliki telur, meskipun di hari biasa tidak. Entah kebetulan atau tidak, ikan tersebut juga dihargai dua kali lipat lebih mahal saat Imlek,” ungkapnya.
Perayaan Imlek menjadi momen yang sarat makna, tidak hanya untuk mempererat hubungan keluarga tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai budaya yang kaya. Dengan tradisi yang dijalankan dari generasi ke generasi, Tahun Baru Imlek tetap menjadi waktu yang istimewa bagi masyarakat Tionghoa, di Kota Batam.
Asman berharap Imlek kali ini menjadi tahun energi bagi dirinya, keluarga, dan karirnya. Begitu juga energi buat masyarakat Batam.
“Jadi saya merasa tahun ini adalah tahun energik bagi saya, dan saya juga berharap tahun ini bagi saya energi juga bagi masyarakat seluruhnya menjadi semangat baru. Kami sambut 29 Januari tahun ini, tahun ular menjadi semangat baru, energi baru, berputar-putar yang belum baik menjadi baik, yang baik menjadi lebih baik lagi,” katanya. (rul)