2 weeks ago
16
Gubernur Kepri Ansar Ahmad. Foto: AlurNews.comAlurNews.com – Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), Ansar Ahmad mengatakan kenaikan tarif listrik di Kota Batam, Kepulauana Riau merupakan dampak naiknya harga gas yang menjadi bahan bakar utama pembangkit listrik milik PLN Batam.
Ansar menjelaskan, selama ini pembangkit listrik Batam mengandalkan pasokan gas pipa dari Gresik. Namun, karena produksi gas pipa menurun, 30 persen pasokan kini harus diganti dengan gas LNG yang diimpor, dengan harga yang jauh lebih mahal sekitar 13-15 dolar, dibandingkan gas pipa yang hanya 7 dolar.
Hal ini ditambah dengan biaya pengiriman pasokan gas LNG atau gas alam cair yang dikirim menggunakan kapal dari Lampung.
“Konversi ke gas alam cair menyebabkan biaya operasional lebih mahal, harga LNG jauh lebih tinggi. Proporsi pemakaiannya pun berubah menjadi 70 persen LNG dan 30 persen gas pipa,” jelas Ansar saat ditemui di PT STANIA Batam, Kamis (10/7/2025).
Ansar menyebutkan bahwa Pemprov Kepri mendorong proyek metering gas di Pulau Pemping agar dapat tersambung ke Kecamatan Belakang Padang, Batam.
Ansar mengatakan, perlu kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dari beberapa kontrak gas di Natuna yang selama ini dikirim ke Singapura, agar bisa digunakan untuk kebutuhan energi dalam negeri, khususnya Batam.
“Kita yakin, kebutuhan listrik di tahun 2027 akan naik signifikan, sekitar 2 sampai 4 gigawatt, terutama karena kehadiran data center. Kita harus kompetitif dengan Johor, jangan sampai harga listrik kita mahal dan kalah saing,” ujarnya.
Walau demikian, Ansar mengaku hingga saat ini belum menerima laporan resmi dari Pemerintah Kota (Pemko) Batam terkait kenaikan tarif listrik yang telah berlaku saat ini.
Menurutnya, sebagai entitas usaha, PLN Batam sebaiknya membuka ruang diskusi dengan Pemerintah Kota dan BP Batam untuk mencari solusi terbaik.
“Kan itu PLN Batam, mungkin mereka bisa diskusi langsung dengan Pemko maupun BP Batam,” ujarnya. (nando)
