AlurNews.com – PT Batam Timah Sinergi (BTS) lakukan groundbreaking pembangunan pabrik hilirisasi timah di Batam, dengan total investasi pembangunan pabrik ini mencapai lebih dari Rp1 Triliun.
Pabrik ini akan mengolah logam timah menjadi berbagai produk turunan bernilai tambah. Didukung oleh PT Prima Dredge Team, perusahaan ini akan memanfaatkan lahan dengan luas sekitar 6 hektar di Kecamatan Sagulung – Kota Batam untuk memproduksi produk Timah Kimia (Tin Chemical).
Adapun sejumlah produk yang akan dihasilkan meliputi Tetrachloride, Dimethyl Tin Dichloride (DMT), dan Methyl Tin Mercaptide (MTM). Total kapasitas produksi pabrik ini diperkirakan mencapai 16.000 metrik ton per tahun, sekaligus menobatkannya sebagai produsen terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/ Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI, Todotua Pasaribu memastikan komitmen pemerintah dalam mendorong hilirisasi berbagai komoditas mineral strategis di Indonesia, termasuk Batam
“Memilih Bandar Dunia Madani sebagai lokasi pabrik sebab menawarkan sejumlah keunggulan, mulai dari infrastruktur yang memadai, ketersediaan energi listrik yang stabil, tenaga kerja berkualitas, hingga status sebagai kawasan perdagangan bebas atau Free Trade Zone (FTZ) yang memberikan kemudahan untuk hasil produksi dapat diekspor ke berbagai negara,” jelasnya dalam kunjungannya ke Batam, Jumat (24/1/2025).
Dalam proses produksinya, PT BTS akan menjalankan tiga tahap utama. Tahap pertama adalah produksi Tetrachloride dari timah murni batangan (ingot) dan klorin. Selanjutnya, proses kedua adalah produksi Dimethyl Tin Dichloride (DMT) dari ingot, Methyl Chloride, dan Tetrachloride.
Sementara itu, tahap terakhir adalah produksi Methyl Tin Mercaptide (MTM) melalui reaksi DMT dengan 2-Ethylhexyl Thioglycolate (2-EHTG) dan amonia.
Keunggulan teknologi yang diterapkan di pabrik ini terletak pada sistem otomatisasi yang akan memastikan efisiensi dan konsistensi kualitas produk.
“Kita ingin fokus pada hilirisasi dan pemerintah siap mendukung agar kita bisa memperoleh manfaat yang maksimal dari sumber daya alam yang kita miliki”, jelasnya.
Saat ini, PT BTS telah menandatangani Letter of Intent dengan sejumlah customer yang bersedia membeli 93% dari hasil produksi bulanan PT BTS.
Pabrik ini dijadwalkan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2026. Proyek pembangunan pabrik ini tidak hanya memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan di Batam dan memperkuat posisi Indonesia di kancah industri hilirisasi timah secara universal.
Dia menyebut, Indonesia memiliki 28 komoditas unggulan, termasuk timah dan nikel, yang siap untuk didorong dalam proses hilirisasi.
Menurut Todotua, Batam memiliki posisi strategis karena dekat dengan Selat Malaka dan Singapura, menjadikannya lokasi ideal untuk investasi di sektor industri manufaktur dan teknologi.
“Batam, saat ini juga sedang dalam proses pengembangan untuk menjadi pusat industri semikonduktor dan pusat data center”, ujar Todotua.
Lebih lanjut, Direktur Utama PT BTS, Bambang Triadi Gunawan, menyebutkan bahwa alasan utama pembangunan pabrik ini adalah dikarenakan perusahaan ingin mengurangi ketergantungan Indonesia pada ekspor bahan mentah.
“Kita selama ini menjual bahan baku ke luar negeri, padahal kita bisa mengolahnya di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi. Dengan dukungan pemerintah, kami berharap dapat merealisasikan visi ini”, katanya.
Menurutnya, Indonesia memiliki cadangan timah terbesar kedua di dunia, sehingga peluang untuk mengembangkan industri berbasis timah sangat besar.
Dirinya berharap dukungan pemerintah dapat terus berlanjut sehingga industri hilirisasi timah di dalam negeri dapat berkembang seperti yang telah dilakukan di komoditas nikel dan bauksit. (Nando)