AlurNews.com – Perkembangan teknologi terutama di era mulai kencangnya produksi kendaraan listrik (EV), mulai membayangi pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang bergabung dalam Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas).
Walau saat ini potensi turunnya penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM), masih belum mengalami terasa signifikan, namun ancaman jangka panjang mulai menghantui 6.500 SPBU yang tersebar di Indonesia.
“Perkembangan kendaraan listrik juga menjadi salah satu pembahasan kami dalam rapat yang berlangsung dua hari ini. Saat ini penjualan BBM masih stabil, namun ancaman jangka panjangnya juga ada,” jelas Ketua Umum Hiswana Migas, Rachmad Muhammadiyah saat ditemui setelah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Grand Mercure Hotel Batam, Jumat (10/10/2025) sore.
Produksi kendaraaan listrik yang semakin masif saat ini, menurutnya memberi banyak pilihan kepada masyarakat Indonesia selaku konsumen. Hal ini juga didukung dengan harga penjualan kendaraan listrik, yang mulai bersaing dengan kendaraan yang menggunakan BBM.
Walau mengakui penjualan kendaraan listrik saat ini sudah semakin masif, namun infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik di Indonesia saat ini masih belum masif dilakukan oleh pemerintah.
“Kalau kita ngomong 3 tahun yang lalu, Tesla itu barang mahal, barang mewah. Sekarang nggak ada artinya. Kedua kebijakan pemerintah seperti apa untuk kendaraan listrik, insentifnya apa. Kalau mungkin insentifnya banyak, mungkin masyarakat semakin terpacu untuk memilikinya,” jelasnya.
Pihaknya menilai laju penjualan kendaraan listrik di Indonesia, juga bergantung pada perkembangan tehnologi terutama dalam hal kepraktisan pengisian daya. Untuk satu kendaraan listrik, Rachmad menyebut membutuhkan waktu 7-8 jam.
Selain masalah kepraktisan, Rachmad juga menyoroti masalah lingkungan yang timbul dari limbah baterai EV. Saat ini, Indonesia belum memiliki lokasi khusus bagi baterai bekas yang tidak digunakan.
“Di Amerika pun BBM itu masih tetap, nggak turun drastis. Kemudian masalah dari sisi lingkungan hidupnya. Itu kalau baterainya rusak gimana? Itu juga limbah,” jelasnya. (nando)