Serangan Terhadap Kapal Kargo di Laut Merah Tewaskan Dua Pelaut

2 weeks ago 37

YAMAN (jurnalislam.com)– Serangan yang tengah berlangsung terhadap kapal kargo di Laut Merah menewaskan sedikitnya dua orang, menurut pernyataan pejabat dan pemantau maritim pada Selasa (8/7/2025). Kelompok Houthi Yaman diduga kembali melancarkan operasi militernya terhadap pelayaran di jalur perdagangan vital tersebut.

Kapal pengangkut curah berbendera Liberia, Eternity, menjadi sasaran serangan beruntun sejak Senin (7/7) di perairan lepas pantai Yaman. Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO), yang dijalankan oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris, melaporkan bahwa kapal tersebut mengalami kerusakan parah dan kehilangan seluruh tenaga penggeraknya.

“Kapal tersebut kini dikelilingi oleh sejumlah perahu kecil dan terus-menerus diserang,” tulis UKMTO dalam pernyataan resminya.

Seorang perwakilan Liberia di Organisasi Maritim Internasional (IMO) menyatakan bahwa dua pelaut tewas dalam insiden ini. Sementara itu, otoritas Filipina mengonfirmasi bahwa dari 22 awak kapal, 21 di antaranya merupakan warga negara Filipina.

Namun, dalam pernyataan terpisah, angkatan laut Uni Eropa yang bertugas di Timur Tengah melaporkan jumlah korban tewas mencapai tiga orang, dengan dua lainnya luka-luka.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yaman melalui pernyataan di platform X (dulu Twitter), menyebut Houthi bertanggung jawab atas serangan terhadap Eternity, dan menyebutnya sebagai “serangan paling brutal sejauh ini.” AS menuduh kelompok tersebut secara langsung mengancam kebebasan navigasi di Laut Merah, yang sebelumnya menjadi poin penting dalam kesepakatan gencatan senjata antara Washington dan Houthi pada Mei lalu.

Meskipun Houthi, yang didukung oleh Iran, belum secara resmi mengklaim tanggung jawab atas serangan ini, kejadian tersebut terjadi hanya sehari setelah kelompok itu menyerang kapal kargo lain, Magic Seas, pada Minggu (6/7). Serangan itu menjadi aksi militer pertama Houthi terhadap kapal kargo pada tahun ini.

Kedua serangan yang terjadi secara beruntun ini menimbulkan kekhawatiran akan kembalinya gelombang serangan rutin terhadap jalur pelayaran penting yang sebelumnya menangani sekitar 12 persen perdagangan global.

Serangan juga bertepatan dengan upaya Amerika Serikat untuk membuka kembali perundingan nuklir dengan Iran, yang merupakan sekutu utama Houthi, di tengah ketegangan yang meningkat pasca konflik 12 hari antara Israel dan Hamas.

Analis keamanan dari Basha Report Risk Advisory, Mohammed Albasha, menilai bahwa Houthi kemungkinan mencoba memberi tekanan kepada Amerika Serikat dan Israel.

“Serangan terhadap Magic Seas bisa menjadi pesan halus kepada Washington dan Tel Aviv bahwa sekutu Iran masih aktif dan mampu bertindak,” ujarnya.

Dalam pernyataan resmi pada Senin, Houthi mengaku menggunakan kapal tak berawak, rudal, dan pesawat nirawak dalam serangan terhadap Magic Seas. Kapal berbendera Yunani tersebut sempat terbakar sebelum akhirnya tenggelam, meski seluruh 22 awak berhasil dievakuasi dengan selamat.

Houthi, yang telah menguasai sebagian besar wilayah Yaman selama lebih dari satu dekade, mulai menargetkan kapal-kapal komersial di Laut Merah dan Teluk Aden sejak pecahnya perang Gaza pada Oktober 2023. Aksi ini disebut sebagai bentuk solidaritas mereka terhadap Palestina.

Akibat eskalasi serangan, sejumlah perusahaan pelayaran besar memilih menghindari jalur Laut Merah dan memutar pelayaran mereka melalui rute selatan Afrika, meski lebih jauh dan mahal.

Kelompok Houthi sempat menghentikan serangan ke kapal pada Januari lalu seiring tercapainya gencatan senjata di Gaza. Namun, setelah rentetan serangan udara oleh Amerika Serikat terhadap posisi Houthi, kelompok ini kembali melancarkan operasi militernya.

Sebelumnya, Houthi telah menyatakan kepada AFP bahwa mereka akan terus menargetkan kapal-kapal milik atau yang berafiliasi dengan Israel, meskipun ada kesepakatan gencatan senjata dengan Amerika Serikat.

Israel sendiri telah beberapa kali melakukan serangan balasan ke wilayah Yaman, termasuk serangan udara besar-besaran pada Minggu lalu.

Nadwa Dawsari, peneliti di Middle East Institute, menyebut bahwa meski Houthi mengklaim berjuang untuk Palestina, operasi militer mereka di Laut Merah memiliki tujuan strategis yang lebih luas.

“Serangan-serangan ini memperkuat posisi regional mereka, memperkuat narasi perjuangan mereka, serta mendukung ambisi Houthi untuk tampil sebagai pemimpin baru dari ‘Poros Perlawanan’. Ini juga memperkuat agenda geopolitik Iran di kawasan,” tulisnya dalam pernyataan di platform X. (Bahry)

Sumber: TNA

Read Entire Article
Alur Berita | Malang Hot | Zona Local | Kabar Kalimantan |