Oleh : Herliana Tri M
Israel dan Hamas yang menyepakati gencatan senjata tahap pertama di Jalur Gaza, pada Rabu (8/10/2025).
Pengumuman kesepakatan ini disampaikan oleh cial Truth ( CNN Indonesia, 09/10/2025)
“Saya sangat bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani Tahap Pertama Rencana Perdamaian (Peace Plan) kami,” tulis Trump.
Israel menyambut baik kesepakatan tersebut sebagai “hari yang baik” untuk mereka. Sementara itu, Hamas meminta Trump dan komunitas internasional agar mendesak pemerintahan Benjamin Netanyahu mematuhi kesepakatan. Dalam unggahan tersebut, Trump menyebutkan bahwa kesepakatan mencakup pembebasan seluruh sandera dari Gaza serta penarikan pasukan Israel.
“Seluruh sandera akan dibebaskan segera dan Israel menarik pasukan ke garis yang disetujui,” kata Trump. Sementara itu, Qatar sebagai salah satu mediator menyampaikan gambaran kasar fase pertama ini. Namun, rincian lebih lanjut akan disampaikan di kemudian hari.
Lebih detilnya lagi seorang pejabat Hamas mengatakan akan menukar 20 sandera yang masih hidup dengan 2.000 tahanan Palestina di penjara Israel. Pertukaran tahanan akan dilakukan dalam waktu 72 jam setelah implementasi kesepakatan, yang juga “disepakati dengan faksi-faksi Palestina”.
Selain pertukaran tahanan, minimal 400 truk yang membawa bantuan kemanusiaan juga akan masuk ke Jalur Gaza setiap hari, selama lima hari pertama gencatan senjata.
Jiwa Pejuang Sang Pemenang
Tak bisa dipungkiri, kegigihan, kesabaran, daya juang rakyat Gaza dalam mempertahankan tanah para Nabi telah menggerakkan seluruh mata dunia untuk memberikan dukungannya. Tak hanya berkorban harta, boikot, aksi- aksi di berbagai belahan dunia, namun kesabaran rakyat Gaza menghadapi penjajahan membuat rakyat dunia rela berkorban nyawa saat berjuang menembus blokade Israel di laut lepas menuju Gaza. Gerakan Global Sumud Flotilla, sebuah gerakan kemanusiaan yang mengirimkan bantuan ke Gaza.
Menjadi salah satu dari sekian banyak upaya perjuangan rakyat sipil dunia untuk menembus blokade Israel. Perjuanagn rakyat dunia menyambut kegigihan dan kesabaran rakyat Gaza menghadapi Genosida Israel.
Desakan rakyat sipil Internasional ditambah kegigihan pejuang- pejuang militan dalam berjihad menjadi potensi ancaman di sekeliling Zionis Israel. Di antaranya adalah di Lebanon ada Hizbullah, gerakan Suriah, dari Yordania, lalu juga pejuang dari Mesir. Dan ancaman paling dekat bagi Israel secara faktual adalah Taufan al-Aqsa yang datang dari Gaza, yaitu dari milisi Hamas.
Tekanan yang terus mendesak bahkan tak surut meski bombardir dan pelaparan sistematik telah dilakukan Israel, menjadikannya mau duduk untuk memberikan “jeda” yakni berupa gencatan senjata.
Gencatan senjata menjadi jeda sesaat bagi warga Gaza untuk kembali ke kampung halaman meski dengan kepedihan yang mendalam. Menuju kampung halaman yang sudah porak poranda akibat hantaman serangan Israel. Belum lagi kesedihan karena meninggalnya anggota keluarga atau luka- luka akibat serangan Israel. Jeda sesaat untuk “bernafas” dan mengembalikan kekuatan.
Yang pasti, perang ini belum usai. Kepedihan rakyat Gaza belum berakhir. Mata dunia harus terus mengawal kondisi Gaza. Karena dengan penjajahan yang tak berimbang kekuatannya, membutuhkan kekuatan luar untuk mendukung perjuangan Gaza. Apalagi Israel masih tetap menguasai Palestina, sehingga sewaktu- waktu bisa memborbardir kembali.
Padahal solusi bagi Palestina ini lebih mudah seandainya negara turut campur memberikan bantuan senjata dan mliternya untuk Gaza. Mengusir penjajah dari tanah jajahan. Apalagi kekuatan militer- militer sekitar Gaza cukup canggih untuk menghentikan genosida yang ada. Jangankan kekuatan senjata dari negara- negara sekitar Gaza, untuk menghadapi kegigihan pejuang Gsza saja sampai sekarang Israel masih kewalahan dan belum berhasil menuntaskan ambisinya. Artinya, untuk menyelesaikan penjajahan ini cukup dengan bantuan negara yang memiliki nyali membantu dengan kekuatan militer dan senjatanya.