Netanyahu Dihadapkan pada Dugaan Korupsi dan Kejahatan Perang, Trump Beri Pembelaan Terbuka

1 day ago 7

WASHINGTON (jurnalislam.com)– Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan kritik keras terhadap jaksa penuntut Israel atas persidangan korupsi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Trump menyebut proses hukum itu sebagai “kegilaan” dan menilai hal tersebut bisa mengganggu perundingan damai di Timur Tengah.

Dalam unggahan di platform Truth Social pada Sabtu (28/6/2025), Trump mengecam otoritas Israel karena dinilai melemahkan posisi Netanyahu dalam menghadapi kelompok Hamas di Gaza dan ketegangan dengan Iran.

“Sungguh GILA melakukan apa yang dilakukan jaksa penuntut yang tidak terkendali terhadap Bibi Netanyahu,” tulis Trump, merujuk pada Netanyahu dengan nama panggilannya.

“Amerika Serikat menghabiskan miliaran dolar setiap tahun… untuk melindungi dan mendukung Israel. Kami tidak akan membiarkan ini,” tambahnya.

Netanyahu dijadwalkan bersaksi pada Senin mendatang dalam pemeriksaan silang terkait kasus korupsi yang telah berlangsung sejak 2020. Ia menghadapi dakwaan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan.

Pengacaranya sebelumnya mengajukan permohonan penundaan persidangan selama dua pekan dengan alasan beban tugas keamanan nasional usai konflik 12 hari dengan Iran. Namun, pengadilan menolak permintaan tersebut pada Jumat (27/6).

𝗞𝗿𝗶𝘁𝗶𝗸 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗗𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗡𝗲𝗴𝗲𝗿𝗶

Sejumlah anggota Knesset Israel menuding Netanyahu sengaja memanfaatkan konflik regional untuk mengalihkan perhatian dari kasus hukumnya.

“[Netanyahu] sedang mengondisikan masa depan Israel dan anak-anak kita dalam persidangannya,” kata Naama Lazimi, anggota Knesset dari Partai Demokrat, dikutip The Times of Israel.

Karine Elharrar, anggota Knesset dari partai Yesh Atid, menyebut Netanyahu “bertindak melawan kepentingan publik” karena mengaitkan proses hukum dengan negosiasi pembebasan tawanan dan normalisasi hubungan regional.

𝗗𝗶𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽𝗸𝗮𝗻 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗦𝘂𝗿𝗮𝘁 𝗣𝗲𝗿𝗶𝗻𝘁𝗮𝗵 𝗣𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝗽𝗮𝗻

Masalah hukum Netanyahu tak berhenti di pengadilan domestik. Ia juga menjadi subjek surat perintah penangkapan yang dikeluarkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) tahun lalu, bersama mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.

Keduanya didakwa melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terkait dengan perang di Gaza sejak Oktober 2023. Netanyahu dan Gallant membantah tuduhan itu dan menyebutnya sebagai bentuk “anti-Semitisme”.

Komentar Trump datang beberapa hari setelah ia mengisyaratkan bahwa kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas mungkin sudah dekat. Ia mengklaim Netanyahu sedang terlibat dalam perundingan, meski tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Hamas telah menyatakan kesediaannya membebaskan tawanan Israel yang tersisa di Gaza sebagai bagian dari kesepakatan damai, namun tetap menolak tuntutan Israel untuk pelucutan senjata sepenuhnya.

Netanyahu merespons dukungan Trump melalui unggahan di platform X:

“Terima kasih sekali lagi, @realDonaldTrump. Bersama-sama, kita akan membuat Timur Tengah Hebat Lagi!”

𝗦𝗲𝗿𝘂𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗻𝗴𝘂𝗻𝗱𝘂𝗿𝗮𝗻 𝗗𝗶𝗿𝗶

Di tengah memanasnya situasi politik, seruan agar Netanyahu mengundurkan diri kembali muncul. Dalam wawancara dengan Channel 12, mantan Perdana Menteri Naftali Bennett menyatakan bahwa sudah saatnya Netanyahu mundur dari jabatannya.

“Dia telah berkuasa selama 20 tahun… itu terlalu lama,” kata Bennett.

“Dia memikul tanggung jawab besar atas perpecahan dalam masyarakat Israel.”

Bennett, yang sempat mundur dari politik, disebut-sebut tengah mempertimbangkan kembali ke panggung politik. Sejumlah survei menunjukkan peluangnya untuk kembali menantang Netanyahu cukup besar. (Bahry)

Sumber: Al Jazeera

Read Entire Article
Alur Berita | Malang Hot | Zona Local | Kabar Kalimantan |