AlurNews.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada Oktober 2024 mengalami inflasi sebesar 0,06% (mtm).
Selain itu, secara spasial Kota Batam, Kota Tanjungpinang, dan Kabupaten Karimun mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,08% (mtm), 0,03% (mtm), dan 0,01% (mtm).
Dari kelompok pengeluaran, inflasi pada Oktober 2024 didorong oleh perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,09% (mtm), sejalan dengan meningkatrya harga emas perhiasan secara global.
“Selain itu pendorong inflasi juga berasal dari Kelompok Transportasi dengan andil sebesar 0,05% (mtm) terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan laut, tarif kendaraan roda 4 online, dan tarif kendaraan roda 2 online,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepri sekaligus Wakil Ketua TPID Kepri Suryono, Kamis (7/11/2024).
Diakuinya kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga pada bulan Oktober 2024 juga memberikan andil inflasi sebesar 0,03% (mtm), terutama disebabkan oleh meningkatnya biaya sewa rumah.
Maka dari itu kata Suryono, dalam rangka pengendalian inflasi, Bank Indonesia secara konsisten bersinergi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di level provinsi maupun kabupaten/kota se-Kepri dalam melaksanakan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
TPID Kepri mengusung strategi 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif).
Berbagai upaya stabilisasi harga yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2024, antara lain koordinasi dan sinergi program melalui rapat koordinasi penyaluran bantuan kepada BUMD Kabupaten Karimun, rapat koordinasi TPID Kabupaten Karimun, rapat koordinasi wilayah manufaktur se-Sumatera, dan rapat koordinasi TPID Kota Tanjungpinang.
Kemudian, sinergi penyelenggaraan Gerakan Pangan Murah (GPM) sebanyak tiga kali di Provinsi Kepri, lalu penyaluran bantuan sarana prasarana pendukung pertanian kepada Kelompok Tani di Kabupaten Bintan. Berikutnya, melanjutkan panen Gerakan Sekolah Menanam (GSM) secara mandiri oleh setiap sekolah peserta GSM 2024.
“Ke depan, TPID akan terus mengantisipasi risiko inflasi melalui sinergi dan koordinasi antar lembagaínstansi,” kata Suryono.
Ada beberapa risiko tekanan inflasi yang perlu diantisipasi ke depan, antara lain curah hujan yang meningkat dapat berdampak pada terbatasnya pasokan pangan khususnya sayuran, mulai meningkatnya tarif angkutan udara seiring dengan pola historis menjelang libur akhir tahun; dan kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan perkembangan harga komoditas emas secara global.
Di sisi lain, terdapat ada beberapa faktor yang dapat menjadi penahan inflasi yakni ketersediaan pasokan pangan yang masih terjaga khususnya untuk daging dan telur ayam, pasokan ikan-ikanan yang tetap terjaga dari hasil tangkapan nelayan, dan masih terkendalinya harga pangan dari daerah sentra pangan. (Roma)