GAZA (jurnalislam.com)- Hamas mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan komunitas internasional segera turun tangan menghentikan genosida Israel di Gaza, di tengah meningkatnya serangan brutal militer Israel di Kota Gaza dan wilayah sekitarnya.
Sedikitnya 73 warga Palestina, termasuk pencari bantuan, tewas dalam pemboman gencar Israel pada Rabu (3/8). Dari jumlah itu, 43 orang meninggal di Kota Gaza. Banyak korban merupakan keluarga yang terbunuh bersama di tenda maupun tempat perlindungan akibat serangan di kawasan padat penduduk.
“Saudara laki-laki saya terbunuh di kamarnya. Mereka membunuhnya bersama istri dan anak-anaknya; mereka menghabisi mereka semua. Tidak seorang pun yang tersisa,” kata Sabreen al-Mabhuh, seorang pengungsi Palestina, kepada Al Jazeera.
Reuters melaporkan, granat Israel juga membakar tenda pengungsi di sekolah-sekolah Sheikh Radwan. “Sheikh Radwan sedang dijungkirbalikkan,” ujar warga setempat, Zakeya Sami.
Kantor media Gaza menyatakan Israel telah meledakkan sedikitnya 100 robot bermuatan bahan peledak di Kota Gaza dalam tiga pekan terakhir, yang menghancurkan seluruh blok perumahan. Sejak 13 Agustus, sekitar 1.100 warga Palestina tewas di kota itu saja.
Hani Mahmoud, koresponden Al Jazeera, menggambarkan situasi Gaza sebagai “apokaliptik.”
“Rasanya tak berujung dan menguras habis … seluruh lingkungan dihancurkan blok demi blok. Orang-orang kehilangan semua yang telah mereka bangun selama puluhan tahun. Bagi banyak orang, ini seperti mimpi buruk nyata,” ujarnya.
𝗛𝗮𝗺𝗮𝘀 𝗦𝗶𝗮𝗽 𝗚𝗲𝗻𝗰𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗦𝗲𝗻𝗷𝗮𝘁𝗮 𝗞𝗼𝗺𝗽𝗿𝗲𝗵𝗲𝗻𝘀𝗶𝗳
Dalam pernyataan pada Rabu, Hamas menegaskan kembali kesiapannya menerima gencatan senjata komprehensif di Gaza, termasuk pembebasan seluruh tawanan Israel dengan imbalan tahanan Palestina.
Seruan itu muncul setelah Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan enam kematian baru akibat kelaparan dan malnutrisi dalam 24 jam terakhir, termasuk seorang anak. Total, 367 warga Palestina telah meninggal karena kelaparan selama blokade Israel, di antaranya 131 anak-anak.
Hamas juga mengecam serangan Israel terhadap rumah keluarga al-Jarisi di Gaza utara yang menewaskan sedikitnya 10 orang, menyebutnya sebagai “kejahatan perang” dan bagian dari kampanye sistematis untuk menghancurkan kehidupan warga Palestina.
𝗞𝗿𝗶𝘀𝗶𝘀 𝗞𝗲𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮𝗮𝗻 𝗠𝗲𝗺𝗯𝘂𝗿𝘂𝗸
Operasi Israel untuk merebut Kota Gaza berpotensi menggusur satu juta warga Palestina. Dari total 2,3 juta penduduk Gaza, mayoritas telah mengungsi berkali-kali. PBB mencatat lebih dari 82.000 kasus baru pengungsian paksa terjadi antara 14–31 Agustus, termasuk 30.000 orang dari wilayah utara ke selatan.
UNICEF memperingatkan 132.000 anak balita berisiko meninggal akibat malnutrisi akut pada pertengahan 2026, sementara lebih dari 320.000 anak menghadapi kelaparan parah. “Dengan kelaparan yang menyebar, anak-anak sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar termasuk produk nutrisi khusus,” tulis UNICEF di platform X.
Laporan Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) pada Agustus mengonfirmasi bahwa kelaparan telah melanda Gaza utara dan dengan cepat menyebar ke selatan. Para pekerja bantuan menyebut blokade total Israel telah menjadikan kebutuhan dasar seperti makanan dan air sebagai perjuangan sehari-hari.
Abdullah Al-Arian, profesor madya di Universitas Georgetown Qatar, menilai serangan bumi hangus Israel menunjukkan adanya genosida dengan “impunitas total.” Menurutnya, banyak warga Palestina menolak perintah evakuasi karena lelah berpindah berkali-kali dan tidak adanya zona aman, sebab seluruh area telah menjadi sasaran serangan Israel. (Bahry)
Sumber: Al Jazeera