AlurNews.com – Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tengah menjadi sorotan sebagai lokasi pengembangan data center. Menurut Badan Pengusahaan (BP) Batam, ada 18 data center yang tengah berproses dengan 9 di antaranya berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa Digital Park (NDP).
“Dari 18 data center, 9 data center tengah berprogres di KEK Nongsa dan 4 akan segera masuk. Sedangkan di luar KEK, ada lima data center,” ujar Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) BP Batam Irfan Syakir Widyasa, Senin (28/4/2025)
Diakuinya bahwa investasi untuk sektor data center dan telekomunikasi di Batam pada periode 2023-2024 tercatat sebesar Rp 446,78 miliar.
KEK NDP merupakan lumbung data center terbesar di Batam, dengan 2 data center yang telah beroperasi pada Desember 2024 dan 4 lainnya tengah dalam proses pembangunan.
Sementara itu Direktur Utama PT Tamarin Mike Wiluan mengatakan bahwa investasi di KEK NDP ditargetkan sebesar Rp 40 triliun hingga tahun 2040.
“Untuk investasi secara bertahap sampai dengan 2040, targetnya sebesar Rp 40 triliun,” imbuhnya.
Namun, pengembangan data center di Batam juga menghadapi tantangan, seperti persaingan regional dengan Johor Bahru Malaysia yang menawarkan insentif yang lebih menarik. Selain itu, kebutuhan akan pasokan listrik yang besar juga menjadi perhatian utama.
Mike menjelaskan 2 data center telah beroperasi pada Desember 2024, 4 tengah proses cut & fill, dan 3 lainnya mulai dibangun di kuartal kedua 2025.
Ia kemudian memerinci investasi tersebut terdiri dari 9 data center dengan nilai investasi Rp 38 triliun.
“Investor utama data center di KEK NDP itu, GDS Shanghai (China), Princeton Digital Group (Singapura), BWD (Selandia Baru), Gaw Cap (Hongkong), dan Komdigi,” jelasnya.
Sembilan data center ini diprediksi akan menggunakan daya listrik mencapai 550 MVA. Tingginya minat investasi asing untuk membangun data center di KEK NDP ini merupakan peluang besar dalam negeri untuk memenuhi permintaan akan produk dan layanan digital.
Menurut Mike, Batam sangat potensial untuk pengembangan industri digital, asalkan didukung dengan infrastruktur digital memadai serta perizinan yang lancar.
“Pembangunan sektor ditial perlu infrastruktur utama dengan redundancy sangat tinggi untuk penuhi kebutuhan listrik, air, dan kabel fiber obtik yang terhubung dengan jaringan internasional,” paparnya.
Kelengkapan infrastruktur digital tersebut diperlukan agar bisa menarik lebih banyak investor di sektor digital, terutama untuk pembangunan data center hub yang diharapkan bisa membawa multiplier effectr bagi perekonomian digital di Indonesia.
Batam saat ini tengah menghadapi persaingan regional dengan data center hub di Johor Bahru Malaysia, sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat.
“Pemerintah Malaysia banyak memberi insentif termasuk potongan harga listri untuk pelaku data center yang berinvestasi di Johor, sedangkan di Batam masih harus membayar harga listrik premium sehingga hal ini menurunkan daya saing,” ungkapnya.
Saat ini Johor memang tengah diserbu raksasa teknologi terkemuka dunia, seperti Google, Amazon, Nvidia, hingga Alibaba yang ramai-ramai bangun data center disana.
“Dalam 3 tahun terakhir, Johor telah menarik sekitar 50 proyek data center. Malaysia diprediksi akan menjadi pasar data center terbesar kedua di dunia dalam lima tahun kedepan,” paparnya.
Untuk menambah daya saing KEK NDP, PT Tamarin telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) serta Nota Kesepahaman untuk penyediaan Energi Baru Terbarukan (EBT) guna mendukung kebutuhan listrik di KEK NDP.
PJBTL ini menyangkut kerja sama penyaluran lsitrik dengan kapasitas 369 MVA hingga tahun 2031. Saat ini, PT Tamarin telah menyambungkan tenaga listrik dengan kapasitas 2×30 MVA, dan permintaan untuk data center diperkirakan akan melonjak menjadi 1.064 MVA hingga tahun 2031.
PLN Batam juga berkomitmen untuk menyediakan EBT dengan kapasitas mencapai 825 MW hingga tahun 2033, sebagai bagian dari upaya mendukung agenda keberlanjutan nasional menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Mike mengungkapkan kerja sama ini merupakan langkah strategis dalam mendukung upaya global mengurangi emisi karbon, dan meningkatkan saya saing Batam.
Ketua Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) Hendra Suryakusuma menekankan pentingnya aturan yang jelas terkait on-shoring data regulation guna menjamin keamanan data dan membangun kepercayaan pengguna.
Dengan demikian, pengembangan data center di Batam memerlukan dukungan dari pemerintah pusat hingga daerah untuk meningkatkan daya saing dan menarik lebih banyak investor.
Dengan kehadiran 18 data center di Batam, kebutuhan akan pasokan listrik diperkirakan akan meningkat tajam. Apalagi sekarang ini data center juga menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) seperti chip Nvidia Blackwell.
“Dulu satu rak server butuh 8 kilowatt, sekarang 100 kilowatt,” tuturnya.
Karena tuntutan tersebut, pemain data center menggunakan teknologi berupa sistem pendingin cair langsung atau direct liquid cooling.
“Mereka juga mempersiapkan sumber tenaga cadangan alternatis, seperti genset, UPS dan tangki bahan bakar,” ungkapnya.
Kepastian regulasi juga menjadi perhatian utama. Hendra menekankan pentingnya aturan yang jelas terkait on-shoring data regulation guna menjamin keamanan data dan membangun kepercayaan pengguna.
Menurut Hendra, kepastian regulasi penting untuk menjamin pengembangan data center. Karena dari sisi progres pembangunan, pelaku data center tengah menghadapi gejolak imbas dari penerapan Tarif Trump.
Meski tidak berdampak langsung, Hendra menjelaskan material atau komponen-komponen elektronik, sistem manajemen daya, sistem pendingin dan server berperforma tinggi untuk membangun data center banyak yang diimpor dari luar negeri, terutama Amerika.
Menurut Hendra, jika rantai pasok global terganggu karena perang dagang ini akan menciptakan ketidakpastian dalam ekonomi global.
Hal tersebut akan membuat biaya investasi untuk pembangunan atau ekspansi data center akan meningkat.
Secara jangka pendek, pengaruhnya mungkin kecil buat Batam, yang dengan status Free Trade Zone (FTZ) meniadakan bea masuk untuk barang-barang impor Amerika. Tapi untuk di luar Batam, tentu saja sangat terpengaruh.
Dan terakhir, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan mengatakan dengan kehadiran Johor-Singapore Special Economic Zone, maka persaingan regional semakin berat.
“Kami mendorong pemberlakuakn insentif seperti Super Tax Deduction hingga 200% bagi perusahaan yang berinvestasi dalam riset pelatihan SDM dan pengembangan teknologi,” jelasnya.
Dengan keuntungan mengantongi Super Tax Deduction, maka perusahaan dapat mengklaim sebagin besar pengeluarannya sebagai pengurangan pajak.
Nurul optimis dengan regulasi yang tepat, serta dukungan dari pemerintah pusat hingga daerah, Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam bisnis data center.
“Jika semuanya kompak, maka Indonesia bisa menempati posisi strategis di dunia,” katanya.
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi untuk sektor data center dan telekomunikasi di Batam pada periode 2023-2024 tercatat sebesar Rp 446,78 miliar, yang didominasi oleh Penanaman Modal Asing (PMA) dari Singapura, Hongkong, Amerika, Malaysia dan India.
Secara garis besar, KEK Nongsa Digital Park yang dikelola oleh PT Taman Resor Internet (Tamarin) merupakan lumbung data center terbesar di Batam. (rul)