KABAR KALIMANTAN1, Sampit – Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal yang dilaksanakan Puskesmas Ketapang II Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah berhasil meningkatkan tumbuh kembang balita sasaran.
“Alhamdulillah dengan Program PMT berbahan pangan lokal ini banyak anak-anak yang bertambah berat dan tinggi badannya walaupun hanya beberapa centimeter, namun ini menunjukkan perkembangan yang baik,” kata Kepala Puskesmas Ketapang II Kotim Siti Aisyah di Sampit, Senin (3/2).
Siti menjelaskan, PMT berbahan pangan lokal adalah program yang memberikan makanan tambahan kepada ibu hamil kurang energi kronik (KEK) dan balita gizi kurang menggunakan bahan pangan lokal.
Program yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ini bertujuan meningkatkan status gizi dan menurunkan angka stunting, serta mendorong kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi.
Program ini dijalankan seluruh puskesmas di Indonesia, khususnya di Puskesmas Ketapang II yang dimulai sejak awal 2024 yang artinya sudah setahun sejak program ini diterapkan.
Dalam melaksanakan Program PMT berbahan pangan lokal ini pihaknya bekerja sama dengan vendor atau kader selaku pihak ketiga yang mengelola makanan yang dibuat sesuai petunjuk teknis dari pengelola gizi yang ada di Puskesmas Ketapang II.
Selama 2024 sasaran Program PMT berbahan lokal dari Puskesmas Ketapang II untuk balita ada sebanyak 49 anak, sedangkan ibu hamil 50 orang namun hasil kunjungan yang aktif hanya 15 orang.
PMT berbahan pangan lokal ini diberikan setiap hari selama jangka waktu tertentu, misalnya untuk balita gizi kurang pemberian PMT dilaksanakan selama 56 hari. Pemberian PMT dipantau kader setiap pekan, memastikan orang tua memberikan makanan itu ke anak balitanya atau tidak.
Kemudian, setiap dua pekan sekali dilakukan evaluasi guna mengetahui apabila berat atau tinggi badan anak bertambah dari adanya pemberian PMT tersebut.
Ia menjelaskan, sejauh ini Program PMT yang dilaksanakan menunjukkan hasil positif dengan adanya penambahan berat dan tinggi badan pada mayoritas anak yang menjadi sasaran. Meskipun ada pula yang tidak, disebabkan adanya penyakit bawaan.
Sumber: ANTARA