KABAR KALIMANTAN1, Tanjung Selor – Pemerintah Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, menguji coba penggunaan drone dalam rangka transformasi pertanian berbasis teknologi di Desa Respen Tubu Kecamatan Malinau Utara.
“Ini langkah strategis Kabupaten Malinau merealisasikan Program Pertanian Sehat (Pesat) untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kesejahteraan petani melalui integrasi teknologi modern,” kata Bupati Malinau Wempi W Mawa di Malinau, Jumat (31/1).
Wempi menegaskan bahwa penggunaan drone ini bukan sekadar simbol inovasi, melainkan bagian dari transformasi sistem pertanian modern.
Ia mengatakan petani Malinau tidak hanya mengikuti zaman, tetapi menjadi pelopor pertanian modern. Drone ini memungkinkan penyemprotan pupuk, pestisida, atau herbisida secara presisi tanpa perlu menginjak sawah.
“Jadi menghemat waktu, tenaga dan biaya,” ujarnya.
Uji coba telah dilakukan pada Kamis (30/1/2025) di hadapan puluhan petani, penyuluh pertanian dan perwakilan dinas terkait.
Drone berkapasitas tangki 25 liter (isi efektif 20 liter) tersebut mampu menyelesaikan penyemprotan satu hektare lahan dalam 15–20 menit, atau mencakup empat hektare per jam dengan hanya dua operator: satu mengendalikan drone, dan satu lagi mengisi ulang cairan.
Pejabat Dinas Pertanian Malinau menyebutkan alat ini diadakan melalui APBD 2024.
“Drone ini dipilih karena keunggulan teknologinya yang sesuai dengan kebutuhan lahan di Malinau, termasuk kemampuan adaptasi di topografi berbukit,” jelasnya.
Bupati Wempi juga menekankan pentingnya keberlanjutan penggunaan teknologi ini. Selain menargetkan penambahan jumlah drone, ia meminta Dinas Pertanian menyiapkan baterai cadangan dan pelatihan intensif bagi operator.
“Kami akan pastikan setiap kecamatan memiliki tenaga terlatih, perawatan rutin dan manajemen baterai harus terjadwal agar operasional tidak terganggu,” tambahnya.
Program ini juga sejalan dengan visi Pemkab Malinau dalam memperluas pemanfaatan lahan pertanian untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Wempi menyatakan modernisasi pertanian akan membuat sektor ini lebih menarik bagi generasi muda.
“Kami ingin anak muda, khususnya milenial, melihat bahwa bertani kini bukan pekerjaan konvensional tetapi ini adalah profesi berbasis teknologi yang menjanjikan kesejahteraan,” tegasnya.
Antusiasme terlihat dari para petani yang hadir. Anggota kelompok tani setempat, mengaku tertarik dengan efisiensi drone. Biasanya penyemprotan satu hektare butuh dua hari dengan orang. Dengan drone, hitungannya jam.
“Ini juga bisa kurangi risiko terpapar bahan kimia,” ujar salah satu anggota kelompok.
Ke depan, Dinas Pertanian akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap uji coba ini, termasuk analisis dampak pada produktivitas tanaman dan penghematan biaya operasional.
Hasilnya akan menjadi dasar replikasi teknologi serupa di 12 kecamatan lainnya.
Wempi optimistis inovasi ini menjadi momentum bagi Malinau untuk menjadi contoh pertanian modern di Kalimantan Utara.
Sumber: ANTARA