MALANG POST – Pada Oktober 2024 kemarin, tekanan inflasi di Kota Malang, tetap terjaga di kisaran sasaran inflasi.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang, pada Oktober 2024 mengalami inflasi bulanan sebesar 0,20 persen (mtm), meningkat dibanding bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,14 persen (mtm).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Febrina dalam rilis yang diterima Malang Post menjelaskan, secara tahunan, Kota Malang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,53 persen (yoy) dan 0,65 persen (ytd).
“Dengan demikian, inflasi tahunan periode Oktober 2024 di Kota Malang, masih terkendali dalam rentang sasaran inflasi 2,5 + 1 persen,” ujar Febrina.
Inflasi periode Oktober 2024 ini, lanjutnya, terutama didorong oleh kenaikan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,10 persen (mtm); kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,07 persen (mtm).
Kemudian kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran dengan andil 0,04 persen (mtm); kelompok pakaian dan alas kaki dengan andil 0,02 persen (mtm) dan kelompok kesehatan dengan andil 0.02 persen (mtm).
Inflasi yang lebih tinggi, tertahan oleh deflasi pada kelompok transportasi dengan andil sebesar -0,06 persen (mtm).
Febrina juga menyebut, didasarkan pada komoditas, inflasi terutama didorong oleh peningkatan harga emas perhiasan, daging ayam ras, tomat, Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan bawang merah. Andil masing-masing sebesar 0,07 persen, 0,05 persen, 0,03 persen, 0,03 persen, dan 0,02 persen (mtm).
“Kenaikan harga komoditas emas, terjadi seiring dengan meningkatnya harga emas dunia. Adapun kenaikan harga daging ayam ras, terjadi akibat kenaikan harga pakan unggas,” tambahnya.
Adapun kenaikan harga sigaret kretek mesin, terjadi seiring penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) secara bertahap di tahun ini.
Sementara itu, kenaikan harga tomat dan bawang merah terjadi seiring dengan berlalunya masa panen sehingga terjadi penurunan pasokan.
Inflasi yang lebih tinggi, masih jelas Febrina, tertahan oleh deflasi yang terjadi terutama pada komoditas bensin, cabai merah, jagung manis, kentang, dan beras masing-masing dengan andil -0,06 persen, -0,03 persen, -0,02 persen, -0,02 persen dan -0,02 persen (mtm).
Penurunan harga bensin, terjadi seiring penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi. Sementara penurunan harga cabai merah, kentang, dan jagung manis terjadi seiring masih terjaganya pasokan didukung oleh panen yang masih berlangsung. Komoditas beras terpantau cukup stabil ditengah masa panen gadu di berbagai sentra produksi.
Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia Malang, akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen (yoy).
Hal ini juga tidak terlepas dari koordinasi solid yang dilakukan TPID, yang diwujudkan melalui sinergi kolaboratif dalam pengendalian inflasi.
Beberapa aktivitas yang sudah dilaksanakan seperti sidak pasar untuk pemantauan harga ke pasar tradisional dan modern serta pemantauan stok beras ke gudang Bulog.
Ditambah penyaluran bibit cabai bekerjama dengan Universitas Brawijaya dan Dispangtan Kota Malang kepada kelompok urban farming di Kota Malang.
Juga dilakukan monitoring produksi tomat sebagai tindak lanjut hasil sidak pasar. Pemantauan harga bahan pangan pokok selama bulan Oktober 2024, dan menindaklanjuti rekomendasi rapat mingguan pengendalian inflasi bersama Kemendagri selama Oktober 2024. (*/ Ra Indrata)