KABAR KALIMANTAN1, Sampit – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah mulai mengantisipasi dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan kekeringan saat kemarau, khususnya di wilayah selatan yang dinilai paling rawan.
“Paling rawan tetap di wilayah selatan. Potensi bencana di wilayah selatan ini dobel. Selain potensi bencana karhutla, juga ada potensi bencana kekeringan,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur Multazam di Sampit, Selasa (3/6).
Wilayah selatan daerah itu, meliputi Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut. Meski merupakan wilayah pesisir, namun di wilayah ini juga terdapat banyak sebaran tanah gambut tebal.
Saat kemarau, gambut mudah kering sehingga rawan terbakar dan sulit dipadamkan. Apalagi, kebakaran sering terjadi di lokasi yang jauh dan sulit dijangkau melalui jalur darat sehingga harus mengandalkan pengeboman air menggunakan helikopter.
Wilayah selatan juga sering dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih, lantaran saat kemarau sumur menjadi dangkal dan air sungai menjadi payau atau berasa asin akibat intrusi air laut yang masuk alur Sungai Mentaya.
“Jaringan instalasi air bersih kita baru sampai di Desa Parebok, sehingga desa ke atasnya lagi perlu jadi perhatian. Intrusi air laut cukup kencang sehingga asin dan airnya tidak bisa dikonsumsi karena tidak sehat,” ujar Multazam.
Selain terkait dengan ketersediaan air bersih untuk konsumsi masyarakat, antisipasi yang juga harus dilakukan adalah terkait dengan pengairan sawah.
Wilayah selatan merupakan lumbung padi Kotawaringin Timur sehingga perlu antisipasi agar pertanian tidak sampai terganggu akibat kekeringan, apalagi ada target untuk mencapai swasembada pangan.
Ia berharap, sinergi lintas sektor bergerak untuk mengantisipasi ketersediaan air bersih untuk masyarakat dan upaya membasahi atau mengaliri sawah agar target swasembada pangan tetap terpenuhi.
Kemarau diperkirakan terjadi mulai dasarian kedua atau pertengahan Juni 2025. Hasil diseminasi BPBD Kotawaringin Timur dengan BMKG Tjilik Riwut Palangka Raya, kemarau diprediksi akan berdampak sekitar 4 bulan 10 hari, meski ada potensi hujan tetapi dengan intensitas rendah.
Untuk mengantisipasi ini, usai Idul Adha mendatang, BPBD akan menggelar rapat bersama instansi terkait, khususnya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan untuk mengantisipasi bencana karhutla dan kekeringan.
“Kita siapkan bagaimana tahapan rencana kontingensi dan rencana operasi kalau itu terjadi. Kami masih menghitung dan melakukan kaji cepat agar tidak lepas dari kajian risiko bencana dokumen kami dengan masa tanam yang ada di Dinas Pertanian,” demikian Multazam.
Sumber: ANTARA