AlurNews.com – Rizki Irma Suryani (25), lulusan Kriminologi Universitas Indonesia (UI), kini menjalani profesi sebagai pendamping anak korban kekerasan di Rumah Aman Rumah Faye Batam. Jalan hidup ini tidak pernah ia rencanakan sebelumnya.
Setelah lulus pada Januari 2023, Rizki yang akrab disapa Kiki sempat kembali ke Batam dan bekerja sebagai pengajar les anak sambil mencari pekerjaan di luar kota. Namun, informasi mengenai peluang magang di Rumah Faye mengubah arah langkahnya.
“Awalnya aku ingin bekerja di luar Batam. Tapi setelah ikut magang di Rumah Faye, aku mulai memahami betapa pentingnya peran pendamping untuk korban,” tutur Kiki, Selasa (11/11/2025).
Kini Kiki telah menjadi staf pendamping khusus. Demi menjaga keamanan para korban, lokasi rumah aman dirahasiakan, termasuk kepada masyarakat umum. Bahkan keluarga Kiki turut menjaga kerahasiaan tersebut dan mendukung langkah yang ia pilih.
“Keluarga mendukung penuh. Mereka tidak pernah membicarakan pekerjaanku ke tetangga dan selalu memastikan aku aman dalam perjalanan,” ujarnya.
Kiki mengakui, bekerja mendampingi korban kekerasan anak bukan hal mudah. Pada awal menjalani tugas, ia kerap merasa gugup terutama saat mendampingi korban dalam proses persidangan.
“Di lapangan banyak hal yang tidak sama dengan teori. Prosesnya bisa panjang dan melelahkan, bahkan kadang terasa tidak sesuai harapan,” kata dia.
Kiki menyebut, dirinya pernah diminta keluar dari ruang sidang saat mendampingi korban. Ia juga mengkritisi praktik yang mempertemukan korban dengan pelaku dalam satu ruang persidangan, karena berpotensi menimbulkan trauma kembali.
Selain itu, intimidasi terhadap pendamping juga bukan hal baru. Ia menceritakan pernah ada belasan orang mendatangi kantor Rumah Faye untuk memberikan tekanan. Beruntung, lokasi rumah aman terpisah dari kantor.
Namun, semua tantangan itu terbayarkan ketika melihat para korban kembali pulih dan mampu melanjutkan hidup.
“Salah satu anak yang aku dampingi sekarang bisa berprestasi di sekolah barunya. Begitu mereka tersenyum dan bilang terima kasih, rasanya sudah cukup,” kata Kiki.
Di luar pekerjaan, Kiki bersama rekannya turut mengembangkan komunitas literasi bernama Chiki Chum yang bertujuan menumbuhkan budaya berpikir kritis dan kepekaan terhadap isu sosial di kalangan anak muda Batam.
Kiki juga beberapa kali terlibat dalam aksi solidaritas, termasuk aksi damai menolak pembungkaman kebebasan pers di Dataran Engku Putri pada Sabtu (8/11/2025).
“Media saja kalau dibungkam, bagaimana dengan individu yang ingin menyampaikan kritik?” ujarnya. (nando)

3 weeks ago
29

















































